Rabu, 20 Juli 2016

PENDEKATAN YANG PALING PENTING DALAM RANCANG KOTA DI INDONESIA

TUGAS ESSAY RANCANG KOTA
BERDASARKAN PENDEKATAN TERPENTING






Oleh      :
BIMA INDRA PERMANA 15/384879/TK/43541

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016



TIGA PENDEKATAN TERKAIT PENTING DALAM RANCANG KOTA MASA DEPAN
            Mengenai kondisi perkotaan di Indonesia saat ini dan 20 tahun kedepan paling tepat membangun kota dan menata kota melalui pendekatan ekologis, romantik, dan humanis. Tentu akan timbul pertanyaan mengapa harus ada tiga pendekatan yang digunakan untuk Urban Design. Hal itu karena ketiga pendekatan itu menurut saya merupakan tiga rangkai dalam satu yang artinya ketiga-tiganya saling melengkapi. Sebelum membahas lebih jauh akan lebih baiknya untuk membahas mengenai apa maksud dari pendekatan mengenai pendekatan secara ekologis, sosialis, dan humanis. Pendekatan humanis dalam Urban Design adalah keputusan desain kota yang didominasi oleh keinginan masyarakat daripada oleh intervensi konsep-konsep yang berasal dari luar. Pada kenyataannya pendekatan humanis sangat menekankan kepada elemen-lemen kecil yang menjadi bagian penting dari kehidupan keseharian dari mmasyarakat kota. Elemen kota meliputi ruang publik, jalan, dan lain-lain. Selain itu ternyata bnyak pakar yang memaparkan mengenai elemen dasar kota salah satunya menurut Kevin Lynch (1982) melalui bukunya yang berjudul “Image Of The City" terdiri dari 5 unsur yakni:
Ø  Landmark (Tetenger)           : adalah titik referensi seperti halnya elemen simpul akan tetapi tidak masuk kedalamnya sebab dapat dilihat dari luar letaknya. Landmark merupakan elemen eksternal yang berbentuk visual yang menonjol dari kota dapat berupa gedung tinggi, menara, tempat ibadah, monumen, dll. Landmark merupakan elemen penting dari bentuk sebuah kota sebab dapat membantu orang untuk mengenali suatu daerah atau kota. Misalnya tugu di Kota Yogyakarta.
Ø  Path (Jalur)                : Path merupakan elemen yang penting dalam elemen kota. Hal itu berawal dari riset Kevin Lynch yang menemukan bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas. Jalur merupakan alur pergerakan yang umumnya digunakan manusia seperti jalan, gang, jalan transit, saluran, lintasan kereta api, dan juga sebagainya. Hakikatnya jalur memiliki identitas yang baik jika memiliki tujuan yang besar seperti pergi ke sekolah, statisiun, pusat kota serta terdapat penampakan yang kuat. Penampakan disini misalnya belokan, pohon, dll.
Ø  District (Kawasan)    : District merupakan kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kota biasanya memiliki cirri khas yang mirip dalam hal pola, bentuk, wujud, dan batasnya. Dimana orang dapat merasa harus mengakhiri atau memulainya. Ditrict dapat dilihat secara referensi eksterior dan interior. District juga mempunya identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas berdiri. Contoh di Kota Yogyakarta adalah District Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ø  Nodes (Simpul)                      : Nodes merupakan simpul daerah yang strategis dimana arah aktivitasnya saling bertemu serta dapat diubah menuju arah aktivitas misalnya stasiun, bandara, jembatan, persimpangan dll.  Secara keseluruhan dalam skala makro misal pasar, taman, square, dll. Nodes merupakan simpul suatu tempat dimana orang dapat memiliki perasaan masuk dan keluar dalam tempat yang sama. Nodes juga dapat dianalogikan sebagai titik kumpul masyarakat kota. Misalnya Alun-alun d Kota Yogyakarta.
Ø  Edge (Batas atau tepian)      : Edge merupakan elemen linier dalam elemen kota yang tidak dipakai atau dilihat sebagai jalur. Edge berada diantara dua kawasan/tempat tertentu serta memiliki fungsi sebagai pemutus linier misal tembok, pantai, sungai, rel kereta api, topografi, dll. Edge bersifat sebagai referensi daripada elemen sumbu yang bersifat koordinasi (linkage). Edge pada dasarnya sama saja dengan penghalang walaupun terkadang dibeberapa Edge ada tempat untuk masuk. Edge merupakan akhir dari sebuah kawasan dengan kawasan lain. Maka dari itu fungsi batas haruslah jelas untuk membagi atau menyatukan. Jadi Edge dibagi menjadi dua yakni Edge Filter dan Edge Seam. Edge Filter yang artinya memisahkan antara kawasan yang satu dengan yang lain, contoh tembok yang memisahkan permukiman dengan lahan pertanian. Edge Seam yang artinya menyatukan kedua kawasan yang saling bersebelahan, contohnya adanya taman dalam perumahan.
Selain Kevin Lynch, pakar lain yang berpendapat mengenai elemen-elemen perancangan kota adalah Hamid Shirvani. Menurut Hamid Shirvani elemen rancang kota ada 8 unsur yakni:
v  Penggunaan Lahan (Land Use)          : merupakan rencana dua dimensi dimana ruang tiga dimensi akan dibangun serta akan dibentuk fungsinya pula.
v  Bentuk dan Massa bangunan (Building Form and Massing)  :pada elemen ini membahas mengenai bagaimana bentuk serta massa-massa bangunan yang ada dapat menciptakan bentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa yang ada itu.
v  Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)            : merupakan elemen rancang kota yang secara langsung dapat membentuk serta dapat mengontrol mengenai pola kegiatan kota yang didalamnya terdapat system transportasi dari jalan publik, tempat transit pedestrian yang saling dengan membentuk pergerakan.
v  Ruang Terbuka (Open Space) : suatu sebutan yang diberikan orang atas ruang yang terjadi karena pembatasan alat hanya pada dua unsur atau bidang, yang alas dan dinding tanpa bidang atap (terbuka).
v  Pedestrian (Pedestrian Ways) : sebenarnya elemen ini sangat berkaitan dengan elemen path yang dikemukakan oleh Kevin Lynch yaitu adalah tempat pergerakan manusia. Pedestrian harus dibantu dengan adanya interaksi pada elemen-elemen dasar desain tata kota.
v  Aktivitas Pendukung (Activity Support)        : adalah semua fungsi bangunan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota
v  Papan Iklan (Signage) : sebagai refleksi atas karakter suatu kota
v  Preservasi (Preservation)         : adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman).
Selain pendekatan romantik, pendekatan romantik
Lingkup tata kota memanglah sangat kompleks banyak aspek yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah perhatikan pada aspek estetika ketika seorang perencana sedang menata bangunan maka itu perencana juga harus memerhatikan kacamata lingkungan. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama proses perencanaan. Lingkungan dalam hal ini tidak hanya sebatas vegetasi saja akan tetapi seperti lahan permaculture, ruang terbuka hijau, lahan perkebunan, lahan pertanian serta yang lainnya. Kasus yang kerap terjadi di Indonesia yang intinya perencanaan yang cenderung glamor dan tidak memerhatikan aspek lingkungan. Hasilnya dapat dilihat saat ini, banyak kota-kota di Indonesia yang mempunyai ambang polusi udara yang cukup tinggi. Padahal ketika lingkungan ikut menjadi sorotan perhatian maka hal tersebut tidak akan terjadi. Salah satu Barometer aspek keberhasilan dalam penataan kota diera modern ini adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Mengapa bisa Ruang Terbuka Hijau? Apabila kita seret kebelakang sejenak maka kita akan menemukan masalah berat yaitu kian memadatnya kota-kota dengan bangunan-bangunan tinggi dan permukiman padahal kita tahu bahwa yang namanya ruang tidak pernah meningkat jumlahnya itu berarti ruang akan cenderung tetap akan tetapi manusia sebagai makhluk yang tinggal di Kota, jumlahnya akan terus bertambah seiring bertambahnya waktu. Padahal peran Ruang Terbuka Hijau sangatlah penting dalam menunjang aktivitas masyarakat kota tersebut. Ruang Terbuka Hijau dapat dikatakan sarana sangat vital dalam kota sebab Ruang Terbuka Hijau merupakan penyeimbang antara aktivitas modern Kota dengan lingkungan.  Oleh karena itu ketika sebuah kota harus mampu menyediakan lahan terbuka hijau yang cukup 20-30% dari total luas kota. Ini adalah tantangan nyata bagi kota-kota di Indonesia bagaimana mereka dapat menyediakan Ruang Terbuka Hijau ditengah masalah kian menipisnya ruang perkotaan akibat melonjaknya penduduk kota yang berimplikasi pada sektor pembangunan. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang berkelanjutan akan menimbulkan banyak dampak positif seperti pemenuhan air bersih kota yang saat ini juga kebetulan menjadi salah satu penyakit di kota berkembang. Krisis air bersih dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi yakni permukiman padat yang kumuh.
Pada daerah permukiman kumuh pasti banyak menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebab mayoritas penduduk yang tinggal disitu merupakan kelas ekonomi menengah kebawah. Kawasan atau daerah sekitar pinggir sungai di kota Indonesia biasanya memiliki kualitas air yang buruk. Kondisi air yang buruk bukanlah tanpa sebab melainkan ulah tangan-tangan jail yang sengaja membuang sampah ke sungai. Tidak hanya sampah saja yang dibuang kesungai limbah pabrik dan limbah rumah tangga juga menjadi sampah favorit dalam menghiasi buruknya kualitas sungai di Indonesia akibatnya sungai pun tercemar akibat telah terkontaminasi oleh sampah dan polusi yang dibuang secara sengaja. Mirisnya lagi masyarakat kumuh pinggiran sungai menjadikan air sumur sebagai pemenuh kebutuhan air mereka padahal sudah jelas sekali air dalam sumur tersebut juga merupakan rembesan dari air sungai yang telah terkontaminasi. Saat ini memang bisa dibilang air bersih merupakan barang yang cukup berharga sebab tidak semua penduduk memperoleh air bersih. Seharusnya pemerintah dapat berlaku adil menghadapi masalah seperti ini. Air bersih pada hakikatnya merupakan kebutuhan yang semua orang harus miliki. Terlepas dari status ekonomi mereka, mampu maupun tidak tetap harus mendapat air bersih. Sebab air bersih sangatlah vital, sama halnya seperti oksigen.
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan krisis air bersih. Untuk isu-isu yang sangat hangat dikota-kota besar seperti halnya Kota Yogyakarta adalah maraknya pembangunan Hotel, Apartemen, Mall. Pasti timbul pertanyaan, mengapa pembangunan bangunan seperti Hotel, Apartemen, dan Mall dapat mempengaruhi tersedianya air bersih? Jawaban pastinya adalah bangunan komersil seperti itu saat ini jarang yang menggunakan air dari PDAM. Kebanyakan dari bangunan komersil seperti Hotel, Apartemen dan Mall banyak yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya. Justru hal ini menimbulkan masalah untuk lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar menjadi kekurangan air bersih sebab bangunan komersil seperti itu ketika melakukan proses penyedotan air tanah sangatlah dalam jumlah yang besar. Mereka menyedot dalam jumlah besar bukan tanpa alasan sebab air tanahlah sumber primer bagi kebutuhan air otomatis mereka akan sangat mengambilnya guna pemenuhan kebutuhan properti bangunan komersil itu. Tentu timbul pertanyaan lagi mengapa mereka menggunakan air tanah dan tidak menggunakan air dari PDAM? Jawabannya sangatlah sederhana yaitu aspek ekonomi. Jadi mereka ingin menekan pengeluaran mereka untuk mendapatkan pendapatan yang melimpah tanpa memerhatikan aspek lingkungan. Karena pasti pengeluaran akan lebih tinggi ketika mereke menggunakan air PDAM dan mengakibatkan sumur-sumur warga sekitar bangunan komersil tersebut menjadi mengering. Oleh karena itu saat ini di Kota Yogyakata sedang hangat-hangatnya demo akibat pembangunan Hotel, Apartemen dan yang semacamnya. Banyak aktivis-aktivis peduli lingkungan yang terjun demi menyuarakan suaranya. Inilah lika-liku kondisi perkotaan di Indonesia saat ini juga. Dengan kata lain saat ini perkembangan kota di Indonesia menuju kota maju sangat menjunjung tinggi aspek ekonomi.

Sumber            :
https://core.ac.uk/download/files/379/11725096.pdf diakses kamis, 09/06/2016 pukul 20:00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar