Jumat, 01 Juli 2016

Kisahku

          Sebenarnya saya sangat bingung harus memulai dari mana. Mungkin akan ada lebih baiknya jika menceritakan dari masa kecil. Dulu ketika saya masih TK yang bernama TK Al-Husna letaknya di tengah kota Yogyakarta, saya juga memiliki cita-cita yang sama seperti kebanyakan seumuran saya waktu kecil dokter lah, arsitek lah, koki lah, dan segala macam pernah saya ucapkan ketika saya kecil dulu.

          Lalu saya masuk di SD Negeri Puro Pakualaman II yang letaknya persis didalam kompleks Puro Pakualaman. Bisa dikatakan ketika kecil dulu saya dapat dikatagorikan sebagai siswa yang malas. Bagaimana tidak tugas saja hampir pasti pakde saya yang mengerjakannya. Ketika guru menerangkan saya hanya pura-pura paham dan pura-pura memperhatikan. Ketika ulangan menjelang barulah porsi belajar ditingkatkan. Alhasil prestasi saya SD sangatlah memprihatinkan sekali. Sampai pada kenaikan kelas 4 ke 5 SD ada kejadian yang sangat mencenangkan dalam hidup saya. Hal itu terjadi ketika Ayah saya baru saja pulang mengambil rapor kenaikan kelas saya. Sontak saya pergi menghampiri Ayah saya. Saya melihat seksama segala tulisan yang tertera dalam rapor tersebut. Disitu tertera bahwa Bima Indra dinyatakan naik ke kelas 5 SD. Saya pun merasa sangat bahagia sekali lalu Saudara saya perlahan berdatangan dan melihat rapot saya. Mereka mengaku senang dengan prestasi dan nilai saya, Sampai pada Sore hari menjelang saya dipanggil Ayah saya untuk pergi menghampirinya. Disitu saya masih ingat tempatnya yaitu dikamar depan. Ayah saya menyuruh saya duduk lalu beliau berkata. "Le, sebenarnya kamu itu tidak naik kelas. Bapak tadi memohon sama Gurumu bahwa kamu dinaikkan ke kelas 5. Kamu tidak naik kelas itu karena kemalasanmu dulu dari kelas 1 sampai kelas 4 dan sekarang ujungnya dikelas 4 kamu tidak naik kelas". Sontak mendengar perkataan Ayahku saya langsung lemas tak berdaya apa-apa dan menangis seperti halnya anak lain ketika mengetahui kenyataan hidup yang berat. Ayah saya kembali berkata "Nggak papa le, kamu masih dikasih kesempatan sama gurumu untuk berubah dikelas 5 ini. Kalau kamu tetap sama seperti kelas 4 kemarin maka konsekuensinya kamu akan dirutunkan lagi di kelas 4 SD. Tentu kamu tidak mau kan? maka tunjukkanlah bahwa kamu bisa berubah". Setelah mendengarkan perkataan Ayahku mengenai kejadian pagi tadi, saya langsung berjanji pada diri saya sendiri bahwa mulai hari ini saya akan merubah diri saya dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu baik disekolah maupun diluar.
Add caption




          Janji saya tersebut terbukti ketika kenaikan kelas 6 dan juga kelulusan SD. Ranking saya dapat naik dan juga saya diterima di SMP N 3 Yogyakarta dengan Nem 25,65. Walaupun bukan sekolah yang favorit tetapi saya bangga karena dapat diterima di SMP Negeri yang tidak ada biaya pendidikan sama sekali alias gratis. SMP kelas 1 sampai 2 itulah masa-masa terburuk dalam prestasi saya sebab merasa sudah nyaman dengan sekolah membuat saya lupa diri dan hal itu akhirnya berimbas pada prestasi saya ketika SMP. ketika awal kelas 3 saya lalu berpikir kalau saya terus seperti ini maka akan jadi apa besok. SMP kelas 3 saya kembali total konsen belajar keras dan ketika pengumuman UN saya mendapat nilai yang memuaskan yakni 36,10.

          Walaupun masih terbilang biasa untuk jaman saya dengan nilai segitu saya sudah sangat senang dan bahagia karena nilai itu sudahlah mewakili perjuangan saya selama ini. Sayapun mendafar di SMA Negeri 7 Yogyakarta dan Alhamdulillah diterima di peringkat 108 dari 222.


          Masa SMA menurut saya adalah masa yang paling dinamis sekali. Mental saya dalam belajar sering berubah-ubah tergantung kondisi yang dialami saya. Sampai pada kelas 2 SMA saya memantabkan diri untuk ikut OSN Matematika tingkat Kota serta mewakili SMA saya bersama lima orang teman saya lainnya. Hasil akhirnya saya tidak lolos ditingkat kota menuju Provinsi, Tidak apa-apa yang penting saya dapat pengalaman dan ilmunya. Ketika kelas 3 SMA itulah masa yang paling krusial buat saya. Apa lagi kalau bukan menyari jurusan di Perguruan Tinggi. Sebab saingannya bukan lagi Kota dan daerah tetapi sudah Nasional yang berarti orang dari Sabang sampai Marauke bisa mendaftar dimana saja tergantung dengan keinginan mereka. Awalnya saya berniat mendaftarkan Kedokteran menjadi pilihan saya pada SNMPTN 2015 akan tetapi ketika melihat rekam jejak alumni. Saya menjadi sedikit pesimis dan menggantikan pilihan saya pada Farmasi. Ketika pengumuman SNMPTN saya tidak diterima. Pikir saya, saya harus memanfaatkan kesempatan yang tersisa yaitu SBMPTN dan UM. Pikiran saya sudah lebih terbuka lagi sekarang. Saya berpikir apakah jurusan hanya Kedokteran saja? ternyata masih banyak jurusan diluar itu yang ternyata dapat menghantarkan pada kesuksesan. Ketika itu hanya ada satu perkataan yang ada dibenak saya "saya itu emas, mau ditaruh dimanapun tetap saja emas dan berharga. Hanya tinggal bagaimana usahanya" Lalu pikiran saya tertuju pada parahnya manajemen pertanian dan infrastruktur di Indonesia. Dengan hati yang Mantab saya memilih TPHP (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian) pada SBMPTN dan juga PWK (Perencanaan Wilayah dan  Kota) pada UM UGM.

          Berkat Usaha dan Doa saya akhirnya Allah mengizinkan saya untuk mengenyam pendidikan tinggi di PWK UGM. Disinilah sekarang tempat saya merasakan dinamisme yang lebih berharga dan beragam. Bisa dikatakan bahwa PWK adalah miniatur Indonesia dalam Skala kecil karena teman saya sudah bukan berasal dari daerah yang sama tetapi dari seluruh pelosok tanah air tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar