TUGAS ESSAY RANCANG KOTA
BERDASARKAN PENDEKATAN TERPENTING
Oleh :
BIMA INDRA PERMANA 15/384879/TK/43541
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
TIGA PENDEKATAN TERKAIT
PENTING DALAM RANCANG KOTA MASA DEPAN
Mengenai kondisi perkotaan di
Indonesia saat ini dan 20 tahun kedepan paling tepat membangun kota dan menata
kota melalui pendekatan ekologis, romantik, dan humanis. Tentu akan timbul
pertanyaan mengapa harus ada tiga pendekatan yang digunakan untuk Urban Design.
Hal itu karena ketiga pendekatan itu menurut saya merupakan tiga rangkai dalam
satu yang artinya ketiga-tiganya saling melengkapi. Sebelum membahas lebih jauh
akan lebih baiknya untuk membahas mengenai apa maksud dari pendekatan mengenai
pendekatan secara ekologis, sosialis, dan humanis. Pendekatan humanis dalam
Urban Design adalah keputusan desain kota yang didominasi oleh keinginan masyarakat
daripada oleh intervensi konsep-konsep yang berasal dari luar. Pada
kenyataannya pendekatan humanis sangat menekankan kepada elemen-lemen kecil
yang menjadi bagian penting dari kehidupan keseharian dari mmasyarakat kota.
Elemen kota meliputi ruang publik, jalan, dan lain-lain. Selain itu ternyata bnyak
pakar yang memaparkan mengenai elemen dasar kota salah satunya menurut Kevin
Lynch (1982) melalui bukunya yang berjudul “Image Of The City" terdiri
dari 5 unsur yakni:
Ø Landmark (Tetenger) : adalah titik referensi seperti
halnya elemen simpul akan tetapi tidak masuk kedalamnya sebab dapat dilihat
dari luar letaknya. Landmark merupakan elemen eksternal yang berbentuk visual
yang menonjol dari kota dapat berupa gedung tinggi, menara, tempat ibadah, monumen,
dll. Landmark merupakan elemen penting dari bentuk sebuah kota sebab dapat
membantu orang untuk mengenali suatu daerah atau kota. Misalnya tugu di Kota
Yogyakarta.
Ø Path (Jalur) :
Path merupakan elemen yang penting dalam elemen kota. Hal itu berawal dari riset
Kevin Lynch yang menemukan bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas. Jalur
merupakan alur pergerakan yang umumnya digunakan manusia seperti jalan, gang,
jalan transit, saluran, lintasan kereta api, dan juga sebagainya. Hakikatnya
jalur memiliki identitas yang baik jika memiliki tujuan yang besar seperti
pergi ke sekolah, statisiun, pusat kota serta terdapat penampakan yang kuat.
Penampakan disini misalnya belokan, pohon, dll.
Ø District (Kawasan) :
District merupakan kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kota biasanya
memiliki cirri khas yang mirip dalam hal pola, bentuk, wujud, dan batasnya.
Dimana orang dapat merasa harus mengakhiri atau memulainya. Ditrict dapat
dilihat secara referensi eksterior dan interior. District juga mempunya
identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas berdiri. Contoh di Kota
Yogyakarta adalah District Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ø Nodes (Simpul) : Nodes merupakan simpul daerah yang
strategis dimana arah aktivitasnya saling bertemu serta dapat diubah menuju
arah aktivitas misalnya stasiun, bandara, jembatan, persimpangan dll. Secara keseluruhan dalam skala makro misal
pasar, taman, square, dll. Nodes merupakan simpul suatu tempat dimana orang
dapat memiliki perasaan masuk dan keluar dalam tempat yang sama. Nodes juga dapat
dianalogikan sebagai titik kumpul masyarakat kota. Misalnya Alun-alun d Kota
Yogyakarta.
Ø Edge (Batas atau
tepian) :
Edge merupakan elemen linier dalam elemen kota yang tidak dipakai atau dilihat
sebagai jalur. Edge berada diantara dua kawasan/tempat tertentu serta memiliki
fungsi sebagai pemutus linier misal tembok, pantai, sungai, rel kereta api,
topografi, dll. Edge bersifat sebagai referensi daripada elemen sumbu yang
bersifat koordinasi (linkage). Edge pada dasarnya sama saja dengan penghalang
walaupun terkadang dibeberapa Edge ada tempat untuk masuk. Edge merupakan akhir
dari sebuah kawasan dengan kawasan lain. Maka dari itu fungsi batas haruslah
jelas untuk membagi atau menyatukan. Jadi Edge dibagi menjadi dua yakni Edge
Filter dan Edge Seam. Edge Filter yang artinya memisahkan antara kawasan yang
satu dengan yang lain, contoh tembok yang memisahkan permukiman dengan lahan
pertanian. Edge Seam yang artinya menyatukan kedua kawasan yang saling bersebelahan,
contohnya adanya taman dalam perumahan.
Selain Kevin
Lynch, pakar lain yang berpendapat mengenai elemen-elemen perancangan kota
adalah Hamid Shirvani. Menurut Hamid Shirvani elemen rancang kota ada 8 unsur
yakni:
v Penggunaan
Lahan (Land Use) : merupakan
rencana dua dimensi dimana ruang tiga dimensi akan dibangun serta akan dibentuk
fungsinya pula.
v Bentuk
dan Massa bangunan (Building Form and Massing) :pada
elemen ini membahas mengenai bagaimana bentuk serta massa-massa bangunan yang
ada dapat menciptakan bentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa
yang ada itu.
v Sirkulasi
dan Parkir (Sirculation and Parking) :
merupakan elemen rancang kota yang secara langsung dapat membentuk serta dapat
mengontrol mengenai pola kegiatan kota yang didalamnya terdapat system
transportasi dari jalan publik, tempat transit pedestrian yang saling dengan
membentuk pergerakan.
v Ruang
Terbuka (Open Space) : suatu sebutan yang
diberikan orang atas ruang yang terjadi karena pembatasan alat hanya pada dua
unsur atau bidang, yang alas dan dinding tanpa bidang atap (terbuka).
v Pedestrian
(Pedestrian Ways) : sebenarnya elemen ini
sangat berkaitan dengan elemen path yang dikemukakan oleh Kevin Lynch yaitu adalah tempat pergerakan manusia. Pedestrian
harus dibantu dengan adanya interaksi pada elemen-elemen dasar desain tata kota.
v Aktivitas
Pendukung (Activity Support) :
adalah semua fungsi bangunan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota
v Papan
Iklan (Signage) : sebagai refleksi atas
karakter suatu kota
v Preservasi
(Preservation) : adalah
perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman).
Selain pendekatan romantik, pendekatan romantik
Lingkup tata kota memanglah sangat kompleks banyak
aspek yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah perhatikan pada aspek
estetika ketika seorang perencana sedang menata bangunan maka itu perencana
juga harus memerhatikan kacamata lingkungan. Jangan sampai terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan selama proses perencanaan. Lingkungan dalam hal ini tidak
hanya sebatas vegetasi saja akan tetapi seperti lahan permaculture, ruang
terbuka hijau, lahan perkebunan, lahan pertanian serta yang lainnya. Kasus yang
kerap terjadi di Indonesia yang intinya perencanaan yang cenderung glamor dan
tidak memerhatikan aspek lingkungan. Hasilnya dapat dilihat saat ini, banyak
kota-kota di Indonesia yang mempunyai ambang polusi udara yang cukup tinggi.
Padahal ketika lingkungan ikut menjadi sorotan perhatian maka hal tersebut
tidak akan terjadi. Salah satu Barometer aspek keberhasilan dalam penataan kota
diera modern ini adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Mengapa bisa Ruang Terbuka
Hijau? Apabila kita seret kebelakang sejenak maka kita akan menemukan masalah berat
yaitu kian memadatnya kota-kota dengan bangunan-bangunan tinggi dan permukiman padahal
kita tahu bahwa yang namanya ruang tidak pernah meningkat jumlahnya itu berarti
ruang akan cenderung tetap akan tetapi manusia sebagai makhluk yang tinggal di
Kota, jumlahnya akan terus bertambah seiring bertambahnya waktu. Padahal peran
Ruang Terbuka Hijau sangatlah penting dalam menunjang aktivitas masyarakat kota
tersebut. Ruang Terbuka Hijau dapat dikatakan sarana sangat vital dalam kota
sebab Ruang Terbuka Hijau merupakan penyeimbang antara aktivitas modern Kota
dengan lingkungan. Oleh karena itu
ketika sebuah kota harus mampu menyediakan lahan terbuka hijau yang cukup
20-30% dari total luas kota. Ini adalah tantangan nyata bagi kota-kota di
Indonesia bagaimana mereka dapat menyediakan Ruang Terbuka Hijau ditengah
masalah kian menipisnya ruang perkotaan akibat melonjaknya penduduk kota yang
berimplikasi pada sektor pembangunan. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang
berkelanjutan akan menimbulkan banyak dampak positif seperti pemenuhan air
bersih kota yang saat ini juga kebetulan menjadi salah satu penyakit di kota
berkembang. Krisis air bersih dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks
lagi yakni permukiman padat yang kumuh.
Pada daerah permukiman kumuh pasti banyak
menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebab mayoritas
penduduk yang tinggal disitu merupakan kelas ekonomi menengah kebawah. Kawasan
atau daerah sekitar pinggir sungai di kota Indonesia biasanya memiliki kualitas
air yang buruk. Kondisi air yang buruk bukanlah tanpa sebab melainkan ulah
tangan-tangan jail yang sengaja membuang sampah ke sungai. Tidak hanya sampah
saja yang dibuang kesungai limbah pabrik dan limbah rumah tangga juga menjadi
sampah favorit dalam menghiasi buruknya kualitas sungai di Indonesia akibatnya
sungai pun tercemar akibat telah terkontaminasi oleh sampah dan polusi yang
dibuang secara sengaja. Mirisnya lagi masyarakat kumuh pinggiran sungai
menjadikan air sumur sebagai pemenuh kebutuhan air mereka padahal sudah jelas
sekali air dalam sumur tersebut juga merupakan rembesan dari air sungai yang
telah terkontaminasi. Saat ini memang bisa dibilang air bersih merupakan barang
yang cukup berharga sebab tidak semua penduduk memperoleh air bersih.
Seharusnya pemerintah dapat berlaku adil menghadapi masalah seperti ini. Air
bersih pada hakikatnya merupakan kebutuhan yang semua orang harus miliki. Terlepas
dari status ekonomi mereka, mampu maupun tidak tetap harus mendapat air bersih.
Sebab air bersih sangatlah vital, sama halnya seperti oksigen.
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan krisis air
bersih. Untuk isu-isu yang sangat hangat dikota-kota besar seperti halnya Kota
Yogyakarta adalah maraknya pembangunan Hotel, Apartemen, Mall. Pasti timbul
pertanyaan, mengapa pembangunan bangunan seperti Hotel, Apartemen, dan Mall
dapat mempengaruhi tersedianya air bersih? Jawaban pastinya adalah bangunan
komersil seperti itu saat ini jarang yang menggunakan air dari PDAM. Kebanyakan
dari bangunan komersil seperti Hotel, Apartemen dan Mall banyak yang
menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya. Justru hal ini
menimbulkan masalah untuk lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar menjadi
kekurangan air bersih sebab bangunan komersil seperti itu ketika melakukan
proses penyedotan air tanah sangatlah dalam jumlah yang besar. Mereka menyedot
dalam jumlah besar bukan tanpa alasan sebab air tanahlah sumber primer bagi
kebutuhan air otomatis mereka akan sangat mengambilnya guna pemenuhan kebutuhan
properti bangunan komersil itu. Tentu timbul pertanyaan lagi mengapa mereka menggunakan
air tanah dan tidak menggunakan air dari PDAM? Jawabannya sangatlah sederhana
yaitu aspek ekonomi. Jadi mereka ingin menekan pengeluaran mereka untuk
mendapatkan pendapatan yang melimpah tanpa memerhatikan aspek lingkungan. Karena
pasti pengeluaran akan lebih tinggi ketika mereke menggunakan air PDAM dan
mengakibatkan sumur-sumur warga sekitar bangunan komersil tersebut menjadi
mengering. Oleh karena itu saat ini di Kota Yogyakata sedang hangat-hangatnya
demo akibat pembangunan Hotel, Apartemen dan yang semacamnya. Banyak
aktivis-aktivis peduli lingkungan yang terjun demi menyuarakan suaranya. Inilah
lika-liku kondisi perkotaan di Indonesia saat ini juga. Dengan kata lain saat
ini perkembangan kota di Indonesia menuju kota maju sangat menjunjung tinggi
aspek ekonomi.
Sumber :
http://mediatataruang.com/penerapan-urban-design-mengatasi-permasalahan-kota-kota-besar/
diakses kamis, 09/06/2016 pukul 20:00 WIB
http://www.academia.edu/12985290/Elemen_Elemen_Rancang_Kota_Yogyakarta
diakses kamis, 09/06/2016 pukul 20:00 WIB
https://core.ac.uk/download/files/379/11725096.pdf
diakses kamis, 09/06/2016 pukul 20:00 WIB
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/01/mewujudkan-kota-yang-humanis-dan-setara
diakses kamis, 09/06/2016 pukul 22:12 WIB